Senin, 30 April 2012

LTAL

Let's Talk About Love


Ketika jauh merindu saat dekatpun tiada henti meragu = Ketika tidak juga yakin akan perasaan pasangan dan tak kunjung mendapat kepastian.


Bisikan mesra sampai teriakan bahagia = bicara cinta

Kata tanpa suara,tangis tanpa air mata = biasanya kalo lewat chat :D


Kadang ia datang terlalu awal seperti embun pagi = Untuk para penikmat cinta monyet 


Kadang terlalu larut & mengendap² seperti pencuri = Untuk yang sudah berumur dan mencuri curi cinta :p  




*masih seri cinta cinta an hehehehe.... kamuh koq gak kerasa juga sih... :p

Minggu, 29 April 2012

Caplang!

"Caplaaaaaaaaaang"!!! teriakan yang kuhapal sekali, karena hampir tiap hari teriakan ini kudengar. Aku terus melangkah
"Ebuseeeh bocah, dipanggil dari tadi kagak nyaut" Tiba tiba sepedanya sudah ada disebelahku. Suara berisiknya membuat tukang sayur dan tukang roti yang ngadem dibawah pohon dipinggir jalan memperhatikan kami.
"Makanya kuping jangan ditutupin rambut gitu donk, orang manggil kagak kedengeran tuh jadinya" sambil memacu sepedanya ia menarik rambutku.


Cowok yang tadi naik sepeda ya? temen sekelasku,namanya Rama. Rama itu supeeer berisik, dari hari pertama kita sekelas dia sudah memanggilku caplang. Iya, gara gara bentuk kuping ini. Kuping yang tiap hari selalu kupikirkan bagaimana cara menutupinya. Bentuk yang sama sekali tidak manis.


Gara gara Rama sekarang hampir semua teman sekelas memanggilku caplang. Kecuali Nanik teman sebangkuku. Jadi murid pindahan sudah cukup menyebalkan karena harus terus beradaptasi ini masih ditambahi julukan macam macam. Bikin sebeeeel!!!!


"Ibuuuu, pokoknya aku mau pindah sekolah lagi... bisa nggak aku tinggal sama nenek aja? balik kesekolahku yang dulu itu" Rengekku begitu masuk ke dalam rumah.
"Kenapa Nis? Kamu nggak suka sekolah baru mu? Katamu sekolahnya bagus, guru gurunya baik. Koq sekarang malah mau pindah lagi?" Kata ibu sambil terus memasak. Rumah kami kecil, begitu kecil sampai dari dapur ke ruang tamu dan ruangan lain orang tidak perlu berteriak.
"Aku dikatai temanku caplang, jadi males sekolah rasanya. Aku nggak mau sekolah lagi" lalu aku menagis sekencang kencangnya, biar ibu tau kalau aku sakit hati.
"Kalau nggak sekolah, kamu yang rugi. Mau apa dirumah terus" Bujuk ibu
"Makanya, pindahkan sekolahku ya bu" Rengekku sambil terus menangis.
"Coba ibu bilang Ayah dulu ya, sementara sekolah saja dulu jangan sampai kamu nanti malah nggak naik kelas" Masih terus membujukku


Tidak berapa lama, berita kepindahanku sudah menjalar diseluruh kelas. Hihihi, ini karena aku menyampaikan kabar yang menurutku bahagia itu kepada Nanik. Nanik bilang dia langsung sms semua anak dikelas. Padahal malamnya Ayah menolak kepindahanku, sama sekali tidak setuju.


Pagi nya dengan perasaan tak karuan aku berangkat sekolah. Mau bilang apa coba? padahal berita akan pindah sudah menyebar. Lunglai rasanya langkahku pagi ini.


Dimuka komplek kulihat sepeda Rama, semakin malas berangkat rasanya, mau pulang lagi tapi Ayah masih dirumah, pasti tanpa ampun aku akan segera diantarnya berangkat sekolah. Ini pilihan yang aku lebih tidak suka.


"Lang, bener ya mau pindah?" Katanya pelan sambil menuntun sepedanya. Aku hanya membalas dengan anggukan.
"Kata Nanik gara gara gw panggil caplang ya?" Tanyanya yang kembali ku jawab anggukan.
"Minta maap ya Lang, gak maksud bikin lo bete" Katanya masih perlahan tidak berteriak seperti biasanya
"Tau nggak Lang, padahal maksud gw mau bilang. Kuping lo lucu kayak peri yang di film film katun yang sering ditonton ade gw hehehehe. Cantik, lo persis kayak peri itu. Tapi lo sukanya nutupin kuping ... gw jadi sebel"
"Jangan pindah ya Lang, janji deh gak bakal manggil Caplang lagi. Ini yang terakhir. Nanti di kelas siapa yang manggil lo caplang gw hajar" Katanya emosi tangannya tiba tiba sudah meremas tanganku.


Aaaah Rama kamu manis banget. Tiba tiba sudah tidak ada lagi keinginan pindah sekolah. Nggak apa apa dipanggil caplang, sebab dia bilang kuping caplang seperti kuping peri. Senangnya hari ini. 


Masih terus bergandengan sampai gerbang sekolah *ciyeeeeh




*Note: masih terinspirasi cinta anak sekolah <3 <3 <3








Sabtu, 28 April 2012

Kumandang Suarane

"Itu untuk kelangenane Bapak nanti" kata Ibu, ketika pulang dari kota aku menemukan kandang besar dimuka rumah.

"Aku laki laki Jawa Din, laki laki Jawa itu bisa dibilang sempurna kalau sudah punya wisma, wanita, turangga, kukila dan curiga. Aku punya wisma, rumah kita ini kubeli dari hasil jerih payahku sendiri, aku punya istri berarti aku punya wanita, biar jelek tapi aku juga punya fiat tahun 75 itu kan... itu turanggaku, sekarang kamu lihat didepan rumah, ada kandang burung.. sebentar lagi aku akan punya kukila." Terangnya ketika kutanyakan untuk apa kadang sebesar itu. 

Belum kuceritakan ya kalau besarnya kandang itu bisa dijadikan kamar? hampir sebesar kamar kos ku di kota.  Bisa buat menaruh fiat bapak yang hampir tidak pernah menginjakkan rodanya ke jalan lagi itu.

"Bapak ndak punya curiga juga setahuku?" Tanyaku menggoda.

"Buat apa Din, sudah bukan jaman perang. Lagipula aku dimarahi Ibumu,katanya ndak mau kalau sampai ada senjata tajam dirumah ini selain pisau" Katanya hampir berbisik takut terdengar ibu.

"Kapan Bapak mau beli burung?" Tanyaku lagi, heran kenapa kandang itu tidak juga diisi.
"Aku bingung mau isi dengan burung jenis apa" Katanya terlihat susah.
"Bapak inginnya burung seperti apa?" Aku mencoba membantu
"Yang tidak sulit merawatnya tapi suarane apik" Katanya sambil berangan
"Oalah pak, kenapa to ndak ke pasar burung,pilih sendiri burung seperti apa jangan cuma diangen angen manuke ndak bakalan menclok sendiri kedalam kandang" cerocos ibu ku. Aku hanya cengar cengir memandangi orang tuaku itu.

Beberapa minggu setelah aku kembali ke kota ibu menelfon ku. Mengabari kalau bapak sakit setelah ditipu penjual burung. 

"Koq bisa bu?" Tanyaku heran, Bapak kan cukup pintar masa bisa dibohongi orang.
"Bapakmu itu kan ndak pengalaman soal manuk, dia ndak lihat isi kantong kertas semen itu apa yang penting kumendang suarane. Sing penting bikin iri tonggone, rak ngertine isine manuk emprit, diapusi Bapakmu, sekarang sakit badannya panas, ngigau burung yang suaranya bagus" Cerita Ibu ku, kesal sekali Ibu tampaknya, pasti Bapak juga sudah banyak mengeluarkan uang untuk membeli burung itu.Terbayang wajah Bapak yang sedang dimarahi Ibuku.

Keesokannya lagi lagi aku pulang kampung. Bapak tidak secerah biasanya, sudah sembuh sakitnya tapi terlihat masih murung.

"Bapak kenapa?" Tanyaku, sambil duduk disampingnya
"Kamu tau Din, aku malu sekali. Laki laki Jawa tapi ndak tau bagaimana milih kukila. Orang orang pasti menertawakanku" katanya galau
"Ada yang menertawakan bapak?" Aku prihatin
"Ndak ada, tapi pasti dibelakangku semua tertawa. Mau ditaruh dimana mukaku Din" Suaranya serak
"Menurut Bapak penting punya kukila yang kumendang suarane? Kalau buat aku dan Ibu, bapak itu sudah laki laki sekali. Menjaga kami dengan baik, menafkahi, semua yang dilakukan Bapak sebagai laki laki sudah sempurna pak" Kataku membesarkan hatinya.
"Kukila itu ndak penting pak, kita bukan orang jaman dulu. Yang penting yang kumandang itu suara kebaikannya Bapak. Buat apa punya burung dengan suara bagus tapi kelakuan Bapak dikenal ndak baik" Ibu ku menambahi.
"Ya sudah, kapok aku urusan beli burung. Besok ta beli ayam jago saja" kata Bapak sambil ngeloyor pergi, aku dan ibu hanya geleng geleng kepala

Surat Cinta

"Sudah buat PR hari ini?" Tanya Ragil
"Sudah, kenapa?" Jawab si mungil Laras
"Pinjam" Pinta Ragil, lebih mirip perintah malahan.
"Pemalas" Kata Laras tapi tetap diberikannya buku bersampul coklat kepada teman sekelasnya itu.

Itu kejadian dalam khayalanku. Sebabnya aku berkhayal tentang dua murid dikelasku? Karena sepucuk surat  yang ada di dalam buku Laras. Dari Ragil hehehe iya, dari bocah badung yang nggak tahan duduk anteng sebentar saja dikelas. Yang aku khayalkan adalah kejadian sebelum surat itu akhirnya sampai ditanganku.

Surat dengan amplop putih yang tidak disegel lem, tulisan besar besar dari : Ragil pun letaknya disisi penerima dibawahnya ada tulisan Untuk : Laras dengan lambang hati dibelakangnya.

Buka tidak ya? ingin tau apa yang ditulis Ragil untuk Laras, apakah benar surat cinta seperti dugaanku? Dalam rangka penasaran dan rasa bersalah yang amat dalam kubuka amplop itu.  Kertas wangi warna hijau ada didalamnya. Kubaca kalimat pendek yang ditulis Ragil.

Dear Laras yang Cantik

Akunya suka sama kamunya, kamu mau nggak jadi pacarku?

Love,

Ragil

Nak, betapa cepat kalian tumbuh. Sepenggal kalimat yang menyatakan perasaan Ragil pada Laras sudah cukup membuatku merasa terkejut. Pernyataan yang sederhana tapi juga sangat mewakili hati Ragil. Tunggu, tahukah Ragil apa yang dia rasakan itu, pahamkah ia arti pernyataannya?

Ternyata benar anak sekarang cepat sekali dewasa. Bisakah aku kembali masuk keruang kelas itu dan menganggap mereka masih anak anak sementara hati mereka mulai merasakan cinta? mungkin bukan cinta yang seperti orang dewasa.


Perasaan salah karena membuka surat tadi berganti kebingungan, kenapa anak kelas 4 SD bisa menulis surat cinta kepada teman sekelasnya. Masih dalam kebingunganku menemukan tulisan rapih Laras di dalam buku PR Ragil 


Belajar yang rajin ya Gil, Laras :)



Note : karena saya terobsesi dapet surat cinta... kepengen dikirimi surat cinta bukan surat tagihan

Benang Merah

"Masa kau percaya cerita macam begitu sih?"
"Bukan cerita, itu hasil terawangannya peramal yang aku temuin"
"Kau ketemu peramal? buat apa? jodoh tuh ditangan Tuhan Mir bukan ditangan peramal"
"Aku cuma penasaran aja, jadi aku nanya ke peramal itu, kapan aku ketemu jodohku"
"Terus dia bilang benang merah yang terikat dikelingkingmu sama di kelingking dia kusut? lama ketemunya? yaah kalo gitu ngapain nanya. Semua juga udah tau "

Sebeeel, kalo ngobrol sama abang ku yang satu itu ada aja caranya untuk ngejatuhin semangat yang tadi ku terima dari peramal. "Sabar aja, nggak lama lagi akan ketemu.Orangnya kecil,dari arah timur"

Jujur saja mulai keluar dari tempat ramal itu aku jadi memperhatikan orang orang yang jalan dari timur,siapa tau aja ketemu laki laki yang dimaksud. Dan ini berlangsung selama berhari hari, berbulan bulan,karena sangat penasaran aku sampai membeli peta dan semua daerah yang berada ditimur kota ku, aku tandai. 

Kira kira dari mana ya dia? sebegitu jauhkah sampai benang merahnya terulur panjang dan kusut. Kita sudah kenal belum ya? Sama sekali bukan menunggu yang menyenangkan. Aku cuma ingin cepat bertemu, cepat menikah dan tak menjadi beban kakak kakak ku.

Tapi ia tak kunjung datang, cerita benang merah dikelingking itu agak terlupakan sedikit. Ketika ada seseorang/kenalan baru aku langsung tanya apakah ia dari Timur. Orang orang pasti menganggapku aneh atau bahkan mungkin gila.

"Masih nunggu orang yang punya benang merah?" Tanya abang saya, saya hanya diam.
"Mir, abang tau keinginanmu untuk lekas menikah itu karena kamu tidak ingin membebani kami. Buat kami Mir kau adalah amanah emak. Emak bilang sebelum meninggal, jaga Mir ya Din. Maka Aku ada untuk menjagamu. Jangan terlalu kau pikirkan"

"Iya Mir, jodoh itu sudah diatur Tuhan, biar Tuhan pula yang menentukan waktunya kapan kau akan bertemu jodohmu" Kata abangku yang lain.

Sulit sekali rasanya menatap mata mereka, aku menangis. Benang Merah itu, biarlah mendekat sendiri, biarlah terurai dari kekusutannya dan akhirnya menemuiku disini.



Kamis, 26 April 2012

Percaya

Rasa percaya itu nyaman kan? ketika dikasih kepercayaan akan buat kita ngerasa percaya diri, dicintai, dihargai bahkan membuat kita menjadi lebih tenang melangkah.


Bisa dibayangkan ketika hidup penuh kecurigaan, tidur tidak nyenyak makan pun tak enak. Saya jauh jauh hari ingin menyingkirkan rasa ini. Saya mau hidup dijalani seringan mungkin. Ketika orang yang diberi kepercayaanpun ternyata berkhianat maka biarkan. Dia yang salah bukan saya kan yang salah.


Percaya itu masuk dalam memberikan yang terbaik dari kita untuk orang lain. Saya mungkin termasuk orang yang kurang beruntung, selalu percaya penuh penuh pada orang lain tapi ternyata sering dibohongi.


Kalo udah dititik itu ya bisa apalagi, marah sambil melontarkan do'a yang mengancam hahaha... "biar Tuhan yang balas" harusnya gak boleh gitu ya... tapi kan saya cuma manusia biasa. 


Kalau saya yang dipercaya, sebaik baiknya saya sampaikan amanat itu. Dulu waktu jaman sekolah berkali kali uang sekolah saya pakai, uang buku juga. Tapi abis itu saya sendiri yang ketempuhan, nyusahin orang tua saya aja hehehehe


Sekarang, InsyaAlloh semua yang dipercayakan kepada saya bisa saya jaga sebaik baiknya. Tapi tidak untuk berbohong :D kalau itu saya nggak bisa banget dipercaya hehehehe... saya pasti disuatu titik menolak karena saya nggak tahan untuk cerita kebohongan saya pada orang lain. Ember ya? biar deh :D



Terbakar Cemburu

Cemburu itu asalnya dari mana ya? Dari rasa Cinta ? Kayaknya bukan itu ya, kalo menurut saya cemburu itu asalnya dari rasa memiliki. Karena ngerasa "kamu adalah milik saya dan saya adalah milik mu"


Lagi lagi menurut mantan saya yang paling lama (hadeeeh gak pernah deh pacaran lebih dari setahun kecuali ama yang ini :p) saya sering kali nunjukin wajah jutek tiap kali dia di telpon cewe. Masih katanya lagi padahal telponnya soal kerjaan. Sebatas itu sih cemburu saya ungkapkan, saya gak pernah ngamuk atau ngomel ngomel.


Tapi akhirnya saya sadar, hati orang bukan benda atau barang tanpa nyawa yang kepunyaan saya. Si empunya hati yang harus menunjukan sikap bahwa ia tidak ragu ragu dalam menjalani perjalanan cintanya bersama pasangannya.


Ketika ditunjukan sikap yakin (maksudnya yakin bahwa dia setia dan emang memilih pasangannya dengan sepenuh hati) kepada pasangan, si pasangan akan percaya bahwa orang yang dia cintai itu nggak akan "miring miring" hehehe dan nggak akan cemburu lagi.


Susye bener ya kayaknya... hahaha... sutralah... minimalkan praduga dan maksimalkan rasa cinta gitu aja dah

berdamai dengan masa lalu

Saya tiba tiba teringat nasehat seorang kawan lama, dia pernah bilang saat saya belum bisa melupakan apa yang terjadi di masa lalu, maka saya tidak akan bisa melangkah maju.


Saya punya ketakutan ketakutan, punya "neraka neraka kecil" dihidup saya, yang efeknya membuat saya kurang leluasa membawa orang lain masuk ke hidup saya.


Kalo dilihat saya emang selalu ceria, banyak becanda dan hampir gak pernah serius. Sebenernya itu cuma buat nutupin aja...bahwa ada sesuatu yang ingin saya keep sendiri. Yang saya ragu kalo orang lihat dan tau mereka bisa tetap menerima saya seperti mereka menerima saya yang sekarang.


Kalo emang berdamai dengan masa lalu ini bisa bikin saya melangkah maju, maka saya akan usahakan segenap tenaga untuk berdamai... masalahnya saya nggak tau masa lalu yang mana yang musti diajak damai duluan, kebanyakan masa lalu yang nggak enak sih hehehe...

Dear Heart

Hehehehe ini ngambil dari profil pic seorang teman. Dear Heart, fall in love when you're ready not when you're lonely, agak menohok juga waktu membaca ini, bahwa hati saya harus siap saat ia memutuskan akan jatuh cinta ( hahahaha ...bayangkan untuk menyebut bagian pada diri saya aja saya pake kata ganti orang ketiga ) bukan karena kesepian.

Seseorang yang sudah saya anggap adik bilang "semoga kesepian, nggak membunuh kita ya kak" saya cuma bisa kirim icon smile. Ini saat dia patah hati beberapa tahun lalu.

Herannya saya suka sekali sepi, saat saat saya akhirnya sendirian adalah saat yang paling saya nanti sepanjang hari. Sepi saya bukan yang kesepian kan? hehehe sepi saya memang saya harapkan. Bukan berarti saya nggak suka ngumpul sama temen temen buat hore hore tapi kembali ke kandang saya yang sepi adalah kebahagiaan tersendiri.

Soal bagian falling in love nya itu yang agak susah, saya mudah sekali tertarik sama seseorang tapi tidak pernah punya keberanian untuk mendekati. Jatuhnya pasti nggak PD soalnya saya ngerasa nggak cantik, nggak manis dan nggak masuk kriteria cewek idaman hahahaha.


Saya sedang belajar merasakan, kapan hati saya benar benar siap menerima orang lain dalam hidup saya. Ngerasa nya sih ini kesempatan terakhir, karena saya emang nggak mau main main lagi. Kayaknya koq konyol kalo seumuran saya masih kecimpringan kayak ABG :D


Nunggu hati saya siap... kapan ya? 



Rabu, 25 April 2012

10 tahun lagi

Iya, itu judul aplikasi di FB tentang akan jadi apa kamu 10 tahun lagi, saya beberapa kali mencoba. Hasilnya ? yang pertama jadi Pengamen, yang kedua jadi Professor universitas yang terakhir jadi Polisi.....hahahaha


Kira kira 2 tahun yang lalu saya sempet bikin status, "saya 5 tahun yang akan datang: menikah dengan rockstar,tinggal di tepi pantai di bermuda,punya anak banyak...hehehe" 

Kayaknya keinginan saya itu belum ada tanda tanda akan terjadi tuh, belom ada gejala si rockstar itu dateng hahahaha, mungkin ketemunya pas saya ngamen 10 tahun lagi ya.

Kenapa ya pas iseng iseng ngikut kuis itu saya nggak kepikiran 10 tahun lagi mungkin saya udah mati. Sok berasa abadi deh, iya seolah saya nggak bakal mati aja.

Tapi mungkin bener kalo 10 tahun lagi saya jadi pengamen, polisi dan pendidik. Kalo masih ada umur ,mungkin 10 tahun lagi saya udah nikah dan punya anak kan ? (kalau Tuhan mengijinkan) Jadi saat itu saya kan harus bisa bikin bahagia keluarga saya, bisa mendidik anak anak, juga selalu bereaksi cepet kayak polisi...

Hahahaha gak ngerti deh

Selasa, 24 April 2012

Saya dan Kamu

Saya tau ketika akhirnya kita saling melepaskan diri pasti kamu bersyukur.....dalam hatimu pasti kamu mengucap begini " Terimakasih Tuhan, Kau jauhkan wanita gila itu dari hidupku ku" hahahahaha....


Tidak perlu dipusingkan oleh hal hal yang seharusnya tidak perlu jadi ribet. Saya pun sekarang lebih tenang dengan hidup saya, merasa mampu melakukan apapun tanpa bantuan mu. Dulu, saya sangat bergantung. Sedikit sedikit keluar rengekan dan keluhan.


Kini jalan mempertemukan kita kembali, Saya dan kamu


Kalau sekarang kita bisa mengenang waktu yang lalu sambil tertawa lucu bahwa saya dan kamu dulu sama bodoh dan lugunya. Sekarang kita saling mendo'akan kebahagiaan satu dan lainnya.






Buat para mantan saya yang sekarang jadi sahabat baik Rifky H. & Rafi Zach Banyak kenangan indah buat saya yang mungkin jadi kenangan buruk buat kamu, karena saya cenderung ribet dan reseh :p

Senin, 23 April 2012

Semakin jauh melangkah, semakin ringan

Jauh berjalan, awalnya berat ...jatuh, tertatih, merintih, menangis, berdarah darah. Tapi saya tetap melangkah, walau hujan, panas,bahkan jika becek sekalipun.

Semakin jauh, semakin tak mungkin kembali, berharap semoga tidak tersesat, berharap bertemu orang yang memberi petunjuk jalan.

Semakin jauh melangkah semakin ringan, ketakutan yang banyak dipikirkan di awal semakin hilang.


Sampai kapan melangkah? hanya Tuhan yang tau. Saya, hanya akan terus melangkah.

tangis

"Jangan nangis", Kata kata itu selalu diucapkan sama ibu saya ketika saya masih kecil, yuni kecil adalah anak perempuan yang sangat cengeng. Sebagai anak kecil saya tetep ngerasa kalo gak nangis maka derita saya gak di dengar hahahaha.


Sampai akhirnya saya benci nangis, nangis itu berarti saya lemah, pernah suatu ketika dalam setahun saya merasa selalu dirundung malang dan akhirnya terus terusan nangis. Drama banget ya?


Terus saya bilang sama diri sendiri cari alasan yang benar untuk menangis, saat masih bisa ditahan, tahan yang kuat... pastikan air mata keluar untuk sesuatu yang benar benar penting.


Saat saya nangis biasanya ibu saya tidak akan buru buru datang dan mendiam kan tangis saya. paling kalau saya nggak berenti nangis dia akan bilang "kalo nangis terus capek lho" hehehehe ini sebabnya saat orang lain menangis depan saya, saya nggak ngerti cara mendiamkan.


Pernah baca katanya nangis itu menyehatkan, air mata bagus buat kulit hehehe pantes waktu kecil kulit pipi saya kenceng banget.

Eniwei, kata kata ibu saya itu yang "Jangan Nangis" nggak akan saya terapkan ke orang lain. Kalo nangis emang ngurangin beban dihati ya nangis aja jangan ngerasa cengeng, jangan ngerasa lemah.Lemah kuat nggak ada hubungannya sama air mata koq hehehehe

Minggu, 22 April 2012

Pulang

Lagi lagi kaki membuatku melangkah kembali kesini, ke ladang bunga matahari diujung pelangi. Mengantarku kepada laki laki yang berdiri diujung sendiri. Yang aku tau selalu menungguku, pasti.

"Aku tau kamu pasti pulang"
"Aku bahkan tidak punya rumah...bagaimana bisa aku pulang"
"Rumahmu disini" katanya sambil membawaku kepeluknya


Benarkah dunia sesempit ini? hanya akan ada laki laki ini, ladang bunga matahari dan pelangi? sementara aku selalu berusaha pergi yang jauh bertualang mencari sarang dan disinilah aku menemukan "rumah"?

Jika ia bilang ini rumah, maka mungkin benar. Di "Rumah" ini hangat, selalu ada senyuman dan bisikan mesra. Seketika aku merasa tiada lagi yang aku cari.

Dan kini akupun merasa sudah "pulang".



*dan semerbak wangi bunga tiap kali menyebutkan namanya ....menurut seorang sahabat

Sabtu, 14 April 2012

Ketika Musim Kawin Tiba

Aku suka sekali tiap kali wangi melati menguar diudara, tiap kali kata ijab terucap, tiap kali gending kebogiro berkumandang, tiap kali memandang wajah wajah lelah tapi penuh bahagia. Ya, aku selalu suka pernikahan. Seolah semua energi kebahagiaan orang orang tumpah tumpah hari itu. 

Tapi kali ini berbeda, yang kuterima adalah undangan darinya. Dari laki laki yang pernah ada dimasa lalu, yang pergi dengan meninggalkan luka dihati. Yang perihnya masih terasa sampai hari ini.

Pagi itu dalam becak setelah berjam jam sebelumnya berdandan, berusaha tampil cantik hanya untuk menunjukan bahwa setelah ditinggalnya aku semakin hebat. Berkelebat seribu rencana.Rencana jahat karena aku merasa terlalu sakit, terlalu marah sebab merasa kalah dan terkhianati.

Lihat wajah gugupnya saat memegang tangan orang yang akan menikahkannya, ia akan segera mengucapkan akad. Rasanya ingin memakinya, memukul kepalanya keras keras dengan sandal jinjitku, merobek senyuman dari wajah cantik yang duduk manis disampingnya.

Hening.... "Saya terima nikah dan kawinnya......

Saat kalimat akad terucap, ada sesutu menyusup dihatiku. Sesuatu yang lembut dan haru. Air mata ku menitik perlahan, daripada melakukan hal hal yang jahat yang tadi aku pikirkan aku malah menyalaminya dan ikut mendo'akan. Tulus tidaknya do'aku biarlah Tuhan yang menilai.


*nderek mangayubagyo







Rabu, 11 April 2012

Cerita Lalu







"Kau tak mengingatku tak mengapa yang penting aku selalu mengingatmu" Bisiknya pelan, memandang lurus lurus kearah orang yang dari setadi sibuk sendiri dihadapannya.


"Kau tidak mencintaiku tak mengapa, aku tetap akan selalu mencintaimu" Masih sambil terus memandang, air matanya tumpah, turun satu persatu lalu mulai menderas seperti air hujan.


"Tak mengapa aku menangis asal jangan kau yang menangis." mengusap pelan air matanya. 


Seiring isaknya "Kau tak menginginkanku pun tak mengapa... aku pergi"


*teringat film siluman ular semalam

Pertemuan Pertama -cerita hantu-

"Sudah, jangan diganggu, biarkan dia tidur" Suara perempuan berlogat indo terdengar halus

"Yakin itu cucu buyutmu? beda sekali dengan kau. Perempuan atau laki dia?" Kali ini perempuan lagi suaranya

"Perempuan, jelas beda. Kau ingat bapak si Anggun kan Jawa, suaminya juga Jawa." Sahut si suara indo tadi.

"Tapi cucumu si Menik terakhir kemari wajahnya masih mirip dengan mu, berapa anak Menik?" Kali ini suara laki laki 

"Empat orang ini satu satunya perempuan." Lagi lagi si suara perempuan lagi yang tampaknya kenal betul keluargaku

"Sama sekali tidak cantik, kaki nya besar sekali" kata perempuan yang lain


Aku terbangun, masih setengah terbuka mataku saat mendapati ruangan kamar kosong senyap tapi merasa seperti banyak yang mengawasi. Baru kemarin sore aku tiba dirumah ini. Rumah tua peninggalan nenekku. Tanpa perdebatan panjang rumah ini jadi punyaku. Iya, ketiga abangku mengatakan dengan jelas bahwa mereka menolak menempati rumah yang kata mereka lebih mirip rumah hantu itu.


Lama kelamaan seluruh kamar seperti diselimuti kabut, terlihat bentuk bentuk raut wajah. Benar, seorang perempuan berambut coklat dan berkulit putih tampak duduk di kursi malas depan jendela, lalu seorang perempuan Tiong Hoa duduk di kursi depan meja rias dan seorang laki laki yang terlihat perlente dengan jas nya berdiri memandangiku tanpa ekspresi.


"Dia bisa lihat ternyata" Kata si Laki laki

"Iya, kau tau kan semua perempuan di keluargaku itu peka" Kata si Nonik

"Selamat datang cucu buyut" Senyum yang mirip seringai itu muncul dari bibir pucatnya.


Siapa kalian? pikirku sambil terus mengawasi ketiga sosok didepanku itu.
"Aku? aku nenek buyutmu, Panggil aku Oma" Suaranya melunak

"Aku Lan,anak gundik kakek kakek buyutmu dulu dan ini Karyo anak dari gundiknya yang lain" 


Oma, meski penampilannya tak lebih tua dari aku sekarang.

"Kami tidak menua.. kau pasti tau itu" Selalu menjawab apa yang aku pikirkan.

"Tugasmu sekarang menjaga rumah ini, sama seperti Anggun nenekmu dulu." Tegas kali ini nadanya.


Rumah macam apa ini, ketika semua pikiranpun bisa terbaca. Untung mereka hanya bertiga

"Masih ada seorang lagi, dia pasti kelayapan entah kemana" Jawab Lan

"Anak kecil itu suka sekali main kerumah orang" Kata Karyo

"Yang terakhir Han, ibunya pribumi juga seperti ibunya Karyo, usianya baru 8 tahun."


Bagus, ternyata yang ibu hadiahkan padaku bukan hanya sebuah rumah tapi juga empat penghuni lainnya.

"Kami bisa mengurus diri kami sendiri. Hanya akan merepotimu sedikit" Lagi lagi seringai nya keluar


Whaaaaaaaaaaaaa




*awal mula dari keseruan keseruan yang lain




Jumat, 06 April 2012

Dalam sebuah bis malam

"Ibu macam apa kau Min? sampai tega meninggalkan anak mu sendiri. Kenapa kau baru cerita padaku sekarang kalau kau sudah punya anak, sungguh Min aku seperti tidak mengenalmu" Bergetar suaranya saat mengucapkan kata kata itu. Kemarahannya padaku luar biasa.


"Apa kau masih mau mengawiniku dulu kalau aku bilang sudah beranak tanpa pernah dikawin?" Tanyaku, ia hanya terdiam.


Itu reaksinya 5 tahun yang lalu saat kuceritakan tentang putriku Janur yang kutinggal didesa. Lalu kami tidak pernah membicarakannya lagi. Tapi ia, semakin menjauh dari ku...  Suami yang memberiku seorang anak itu semakin dingin.


Janur anakku, seperti apa dia sekarang?  beberapa minggu yang lalu aku bertemu Sum, teman sepermainan Janur waktu masih kecil, Sum bekerja di rumah tetanggaku.  Sudah sebesar itukah Janur? sebesar Sum?


Janur, wajah kecilnya yang selalu ingin tau selalu ada dalam bayanganku. Kulitnya kuning seperti bagian lain darah yang mengalirinya, bapaknya.


Seperti apa bapaknya Janur? Lupa seperti apa wajah laki laki yang sudah mengambil kegadisanku itu, yang tinggal hanya sakit hati dan luka. Dulu aku dititipkan bapakku di kota kabupaten tidak jauh dari desaku, untuk mengabdi sambil terus bersekolah pada keluarga priyayi yang masih ada hubungan kekerabatan.


Bapaknya Janur anak priyayi tersebut. Masih teringat jelas bagaimana murkanya keluarga itu saat mengetahui aku hamil. Kata kata kasar dan memojokkan seolah olah aku si perempuan genit yang sengaja hamil supaya bisa naik derajat.


Padahal sama sekali tak terpikir kesitu, ingin pun tidak untuk berhubungan dengan ndoro priyayi. Aku dipaksa. Bisa bilang begitu? meski setelah berkali kali ia menyambangi kamarku, mencegatku pulang sekolah atau ketika aku mencuci dikamar mandi? Tidak pernah terpikirkan kata cinta. Aku hanya mengira inilah yang semestinya terjadi pada abdi.


Lebih menyakitkan adalah ketika ia tidak membelaku didepan keluraganya, ia hanya diam. Pun ketika aku malam itu juga aku diusir dari rumah. Belum ada kendaraan dari kota kerumahku waktu itu. Aku harus jalan kaki puluhan kilometer untuk sampai rumah simbokku.


Sampai dirumah, dihajar bapak dan dimarahi habis habisan oleh simbok tapi aku tetap diam. Mereka toh tidak akan percaya siapa bapaknya Janur. Kalaupun mereka nantinya menuntut pertanggung jawaban pasti hanya akan diolok olok keluarga itu.


Kesempatan pergi ke Kota Besar datang saat Janur baru berusia 4 tahun, tanpa pikir panjang aku bergegas berangkat. Lagi lagi kerja mengabdi kujalani sampai bertahun tahun kemudian bertemu dengan Mas Gun suamiku sekarang.


Ia laki laki alim yang jadi sahabat keluarga majikan baruku. Ketika diminta nikah, aku langsung mengiyakan dengan harapan suatu saat bisa mengambil Janur, bisa membahagiakannya, memberikan ayah yang selama ini ia tidak punya. Tapi tahun demi tahun tidak muncul juga keberanianku untuk bercerita. Tidak pernah pula ia menanyakan tentang keluargaku di desa.


Mas Gun selalu sibuk sendiri dengan pekerjaannya walaupun ia sangat baik dan perhatian padaku dan anak kami tapi ia tak pernah lepas dari bekerja.


Ia sakit sekarang, sakit keras. Masih dingin padaku pun ia tetap aku urus dengan baik. Kemarin pagi ketika aku membacakannya koran seperti biasa setiap pagi, ia yang membuatku pergi melakukan perjalanan ini.


"Min, jemput anak dan ibu mu. Minta mereka tinggal dengan kita. Kulihat sejak bertemu tetanggamu dari kampung itu pikiranmu selalu kemana mana. Ada suster yang merawatku, kamu tidak usah kuatir. " Kata mas Gun.


"Kau Yakin?" Aku masih tak percaya kata katanya barusan.


"Aku hanya ingin keluarga kita benar benar bahagia Min. Tidak ada hal lagi yang disimpan , ditutup tutupi. Aku ingin menyelesaikan semua masalah sebelum aku mati Min, jangan sampai ada penyesalan aku belum mengenal anakmu." Ia tersenyum... 


Baik sekali kamu mas Gun bisikku pelan.


Lalu berangkatlah aku.... sambil terus tersenyum dalam hati kata kata "tunggu ibu datang Nur" berkali kali terucap. 




*lanjutan Garempung

Another Illusion

Berita kriminal di televisi tentang sepasang manusia yg dibunuh dirumahnya membuatku mengurungkan niat untuk tidur siang. Sosok sosok kaku itu mati lemas karena diracun. 


Rasanya seperti kenal dengan kedua orang itu... eeeh ... Bukankah itu mas Koko dan Tami ? bagaimana mungkin aku sampai tidak mengenali wajah suamiku meski ia baru meninggalkanku seminggu yang lalu.


Dan mana mungkin aku bisa melupakan wajah Tami yang selama bertahun tahun jadi mimpi burukku. Perempuan yang jadi duri dalam rumah tanggaku.


Kalau tau selingkuh kenapa aku diamkan? karena aku gabuk ,mandul!! aku tidak bisa memberinya keturunan. Diam ku bukan diam yang ikhlas .. diam ku diam yang mengutuk, membenci tapi tidak pernah mengharapkan mereka mati. Tidak, tidak mengharapkan kematian, lebih jahat dari itu aku mengharapkan mereka menderita.


Terpikirkan banyak cara untuk membuat mereka sengsara, kalau hanya dengan membatin mereka bisa celaka maka sudah berkali kali mereka celaka. Percayalah aku tidak pernah membunuh.


Kamu pasti bahagia kan sekarang ? bisik suara dikepalaku... tidak... aku tidak bahagia, karena aku tau setelah mereka mati celaka aku yang akan kerepotan.


Aku pasti dituduh! siapa lagi orang yang kelihatan bersalah dalam hal ini kalau bukan aku? yang punya motif kan hanya aku.. Aku harus segera lari, polisi pasti tidak akan mau tau kalau bukan aku pelakunya. Tapi kalau aku lari maka semakin terlihat bersalah kan? diam saja dirumah? 


Rasanya penasaran siapa sih yang membunuh mereka? siapa yang begitu teganya membunuh 2 orang itu, siapa lagi yang mereka sakiti selain aku.


Bagaimana menghadapi ibu mertuaku yang sudah kuanggap pengganti orangtuaku? Aku sebatang kara, ibu mertuaku adalah tempat bersandar selama ini, ia pasti akan membenciku kan. Seribu tanya siapa, kenapa, ada apa sebenarnya, bagaimana nanti membuatku seperti melayang.


Terdengar suara telephone

"Haloo, ibu cantik sedang apa? siap siap ya sebentar lagi ku jemput kita ke dokter yang kemaren dulu disarankan tante Mia" Suara ceria mas Koko terdengar. Hoooaaamh tidur siang yang melelahkan, buku Agatha Christie yang sedari tadi dipangkuanku jatuh.


Buku cerita detektif begini memang bukan pengantar tidur siang yang enak, membuat bermimpi yang melelahkan.




*note: cuma bunga tidur...eeh pinjem nama istrinya emir juga Mia









Rabu, 04 April 2012

Mau Protes

Protes berat malah, soalnya ini aneh. Saya paling gak suka kalo ada seseorang berlaku salah atau berlaku kurang bijak lalu mengatasnamakan kesalahan orang tua.

Bingung ya? Gini lho, banyak banget orang yang bilang sama saya "iya saya jadi kayak gini karena waktu kecil kurang kasih sayang" atau "saya datang dari broken home" Ealaaaaaah, di usia belasan kamu bilang begitu saya akan maklum tapi ketika usiamu sudah lebih dari 20 tahun (atau berapalah ) dan masih melakukan hal hal tersebut saya gak paham cara mu berpikir.

Ketika kamu semakin dewasa, kamu pasti tau bagaimana harus bersikap tanpa harus memandang masa lalu dan keluargamu.


Terus terang dulu saya berpikir seperti itu... Saya jadi pribadi yang cuek dan kaku karena orang tua saya bukan type yang suka menunjukan kasih sayang...laah wong mereka kerja keras buat ngehidupin saya dan adik adik. 


Semakin kesini saya semakin berubah, semakin bisa nunjukin sikap yang penyayang, lebih berani menghadapi dunia dan gak selalu sembunyi dibalik kata kata "bahwa keluarga saya disfungsi"


Mungkin itu tandanya dewasa ya? ketika berani menerima kesalahan dan kekalahan.... tau deh... yang jelas saya gak suka deh tentang nyalahin orang tua itu hehehehehe

7 menit selamanya









Pagi yang cerah meski ditemani kabut asap bus kota seperti biasanya ... 


Senangnya....... tinggal 5 langkah lagi sampai ditujuan. 4... 3... 2...1


Matahariku pagi ini adalah laki laki yang sedang ada dalam jangkauan mataku itu. Laki laki yang diam diam kuawasi gerakannya saat kami menunggu bus di halte yang sama setiap pagi dan  yang tanpa bersuara kubisikan kata kata cinta. Cinta ? eh... 


Apa hebatnya ya laki laki ini sampai sanggup menyedot seluruh perhatianku? tingginya? wanginya? senyumnya? atau suaranya yang hampir jarang keluar bahkan ketika ia tertawa?  (sudah ku bilang kan... aku mengawasinya selalu) Mungkin juga keseluruhan paketnya :D


Lagi... seperti hari hari lain, tanpa berani menatap aku hanya berdiri di sisinya. Dalam diam merasakan kenikmatan berdiri bersisian, menghirup udara yang sama, memandang ke arah yang sama, menikmati hawa pagi yang sama. 


Selalu perjumpaan yang hanya 7 menit sampai melanjutkan perjalanan masing masing. 7 menit  yang membuat kecanduan... yang membuat hati ingin lebih, yang membuat ingin berlama lama dan ta sabar menanti pagi lagi hanya untuk berjumpa dengannya.


Hening di hati, menikmati 7 menit tanpa suara, hanya ingin menikmati bersisian seperti ini. Meski tidak saling kenal, tidak ada tegur sapa atau senyuman terkembang. Apa itu bisa dibilang cinta juga ketika bahkan tidak saling kenal? peduli amat :p 


laki laki itu dan udara disekeliling kami seperti hanya milikku saat ini ... 7 menit ini... 7 menit yang seperti selamanya






*terinspirasi kisah cinta dalam hati dan tolak 7 kali hahahaha apa coba...tauk deh