Kamis, 31 Oktober 2013

Mammae

Suatu hari karena badan agak pegel, terutama di ketiak saya iseng iseng mijit diri sendiri dan ternyata dikejutkan sama 2 benjolan di payudara... langsung shock... hahahaha... nggak bisa ketawa saat itu.

Karena saat itu masih mens, dan mengikuti saran bahwa pemeriksaan sebaiknya seminggu setelah mens bersih, maka ke dokter seminggu setelahnya. Padahal saya tidur udah gak nyenyak, makan nggak enak, diare gara gara stress.

Ini juga karena nggak tau ya, jadi saya ke internist dulu. di pegang peganglah dada saya sama dokter. Dokter ini  sampun sepuh. setelah periksa pak dokter bilang, ada 2 benjolan di dada kanan.

"Semua benjolan yang ada di payudara wanita dianggap saja bahaya, maka harus langsung diperiksakan" begitu kata pak dokter. Lalu sama dokter nya di rujuk ke salah satu dokter bedah tumor yang katanya sudah nangani ribuan pasien seperti saya. dalam hati mikir, buseeeet udah ribuan dada perempuan dong dia pegang, kalo dia bukan dokter pasti dituduh player ya hehehehe *kidding

Mulai pembahasan untuk metode menganalisa si benjolan, mulai yg dengan jarum atau dengan yang langsung dioperasi. Buat nambah wawasan saya si bagus, tapi buat perasaan saya sama sekali nggak bagus karena semakin cemas.

Saya beruntung banget para sahabat saya selalu nganter dan menenangkan hati saya, Tapi saya agak gak tega begitu ngeliat wajah mereka tampak khawatir. Jadi saya becandain " yaaah, dokternya udah megang megang dada gw, gw masih juga disuruh bayar. Tapi gak papa sih orang gw belon mandi hahahaha megang megang ketek pula" 

Lalu datanglah hari ketemu dokter spesialis bedah tumor, yang ini sampun sepuh sanget. Perawatnya juga sampun sepuh, ramah semua. Enak malah diajak bercanda.Karena saya dianter temen saya tanya dulu sama susternya boleh nggak ngajak temen masuk? kalo nggak boleh saya pulang lagi nih. Ternyata boleh. 

Dokter yang ini bilang ada 3 benjolan di dada kanan dan 1 yg agak besar di dada kiri. Lagi lagi di mek mek hahahaha... temen saya ada yang bilang dinikmatin yun, ebuseeeh mana bisa kan itu periksa. Selesai periksa dokternya bilang bahwa harus di USG mammae untuk lebih pasti hasilnya, di Rumah Sakit itu juga.

"nggak usah buru buru, besok juga nggak papa" kata kata pak dokter ini yang bikin saya sedikit tenang, asumsi saya kalo ini nggak parah. Masih katanya, entar pembahasan lebih lanjut setelah USG.

Begitu sampe radiologi ternyata dokter yang di tunjuk lagi cuti hahahaha pantesan dibilang nggak usah buru buru. 

nah kita tunggu deh hari senin depan itu hasil USG nya gimana... mudah2an sih aman terkendali ya.

Tetiba dada saya jadi ngetop ... 11 12 ama dada nya Jupe lah, masa di perumahan Sonosewu Baru hampir semua ibu tau soal dada saya hahahaha... sempet kepikiran juga sih kalo semisal harus dioperasi mau saya tambahin silikon biar gede nya se Jupe -_- 
^^ 

Rabu, 16 Oktober 2013

Ulem-ulem

Gendhing Kebo Giro berkumandang tanda ke ria an.

Bapak ku menikahkan ku hari ini, meski ia tampak lemas karena belum sembuh betul. Di sisi nya selalu ada perempuan yang kutemui di Rumah sakit tempo hari. 

Tampak sabar menyiapkan keperluan bapak, pun tak nampak jengkel ketika tau bahwa bapak akan menemaniku dan Ibu dipelaminan nanti nya. O ya namanya Rum, sebut saja Bu Rum

Ibu ku membawa serta suami no 4 nya. Kurasa cap KUA buku nikah mereka pun belum kering benar saat ini. Laki laki ini lebih muda 7 tahun dari Ibu ku, terlihat jauh lebih gemuk dari terakhir kali kami bertemu. Wajahnya sumringah, sesekali aku memperhatikan ekor matanya melirik pada gadis gadis muda yang lalu lalang.

Kurang apa hidupku? bukankah harusnya hari ini aku merasa bahagia sebahagia- bahagia nya? ketika semua orang yang kusayangi datang dan membuatku istimewa. tapi aku tetap merasa sedih, merasa tidak siap dan ingin kabur saja. Seandainya ada orang yang menculikku saat ini aku pasti akan ikut dengan suka rela.

"Perhatikan langkahmu, jangan melamun" bisik ibu ku galak ketika menggandengku ke pelaminan, di sisi lain bapakku tampak memandangnya tajam.

"Ini hari nya, biarkan nDalu lakukan apa yang dia suka" Kata nya ta kalah galak pada Ibu.
Seperti kembali saat keluarga kami masih bersama dulu, banyak pertengkaran. Aku hanya menghela nafas panjang tanda ingin mereka berhenti bertengkar. Sudah cukup rasa jengkel pada diri sendiri yang merasa terjebak oleh perbuatanku bodoh ku masih ditambah harus mendengar suara mereka bertengkar.

Memandang ke jauh depan, kepada laki laki yang ku nikahi.  Apa yang dia tau tentang aku? apa bisa aku membuatnya bahagia sementara aku tak tahu bahagia ku sendiri. Apa dia cinta aku? bagaimana seandainya suatu pagi aku bangun dan sadar bahwa sebenarnya aku tidak ingin menikahi pria ini?

Senyumnya mengembang, membawa tanganku pada genggamannya. Tangannya dingin dan berkeringat. Laki laki hitam putih. Seolah ia hanya terdiri dari dua warna itu saja. Sejenak aku tertegun, tidak pernah aku benar benar ingat wajahnya, seolah ia hanya badan tanpa rupa. 

Mungkin tidak perlu cinta untuk menikah karena ketika melihat senyumnya tadi seolah semua akan baik baik saja.

Semerbak kanthil dan melati memabukkan seolah seribu peri ikut merayakan.
















#bersambunglagi
#duamenitan lagi ya :D

Kembar Mayang

"Pernah diajari dulu kenapa Adam di turunkan ke bumi dari surga?" 

"Karena ia melanggar perintah Tuhan"

"Tau penyebabnya?"

"Hawa meminta nya untuk memakan buah khuldi"

"Maka kamu harus ingat sebagai perempuan, apa yang kamu lakukan bisa jadi adalah godaan untuk laki laki"

"Bukan karena godaan syaiton"

"Coba kamu perhatikan dalam cerita itu siapa yang paling mudah dihasut syaiton?"

terdiam.

(Teringat percakapan dengan guruku dahulu.)

Sekarang ku rasa benar, bahwa perempuan adalah sumber godaan. Meski aku bilang tidak tapi tidakku tak di ikuti dengan tindakan tegas, ketika aku bilang jangan reaksi ku hanya diam. Malam pertama tanpa akad pun terjadilah sudah.

Dan karena rasa tanggung jawabku pada diriku sendiri aku pun menikah, diam dalam kamar pengantin sambil memejamkan mata saat juru paes membuat simbar menjangan di kedua alisku.

Ibu ku marah besar, tega sekali aku padanya katanya. Si Botak mata berbinar hanya memandangiku tak percaya kenapa aku bisa menyalip pernikahannya. Eyangku seperti biasa selalu memanggil untuk memberi wejangan. Ia tidak pernah mengatakan kalau saja ketika nasi sudah menjadi bubur.

"nDuk, Garwo kui Sigaraning Nyowo. Kamu dan suami mu adalah satu. Mulai saat ini ingat ingat terus urip mu swargo nunut neroko katut, senangnya bersama susahnya juga. Kudu ngerasake bareng amergo wes dadi siji"

Mengangguk meski dalam hati bilang, bahwa aku tidak sengaja, luput, khilaf. Laki laki ini meski bukan orang baru tapi tak pernah sekalipun ia menaruh hati.

Hampir seminggu yang lalu tiba tiba ia bertemu lagi dengan laki laki ini. Laki laki yang tampak polos yang tanpa sengaja ia tergoda dengan pandangan mata. Hanya dari pandangan mata saja lalu terjadilah. 

Membuka mata, memandang wajah di kaca. Sama sekali bukan aku. Biar, biar mahluk yang di cermin itu saja yang menikah bukan aku.

Kembar mayang sudah di bawa para domas dan joko kumolo. Waktu nya drama di mainkan. Pasang senyum mu nDalu, jangan pernah terlihat susah perintahnya pada mahluk dalam cermin.



Selasa, 15 Oktober 2013

Srengenge

Panase ngenthang ngenthang


Langkahnya setengah dipaksa, sedari tadi matahari tiada henti membakar menyengat kulitnya. Tertunduk ... seolah ia sedang memperhatikan jalan dan langkahnya, seandainya ada yg melihat betul betul diantara keringatnya ada tetesan air mata. 

"Wong wedhok isone mung nangis" begitu kata ibu nya dulu sebelum ia pergi dari rumah.

Seumur hidup ia berusaha membuktikan bahwa perempuan tidak hanya bisa menangis seperti kata ibu nya. Tapi kali ini ia kalah.... air mata nya keluar juga, hanya karena laki laki yang dititipi hati nya memutuskan memilih gadis lain.

"Njeng, lamaran ku diterima" katanya tadi pagi ceria sekali

"Kerja di mana?" Menanggapi si mata berbinar binar yang dulu sekali kepalanya selalu botak

"Lamaran ku buat si Nurul anak desa sebelah itu, teman kita SMA dulu" Kalau saja bisa terlihat, hatinya si mata berbinar pasti sedang sibuk merayakan seolah bahagia hanya miliknya saja.

"Kamu bilang sayang aku"masih bingung tidak mengerti

"Iya, aku sayang kamu. Sebagai teman." Mata berbinar mulai terlihat bingung.

"Aku ndak pernah lho Njeng menjanjikanmu apa-apa, aku juga tidak pernah melarangmu bergaul dengan laki laki lain. Suatu kali aku pernah bilang pada mu, jikalau ada kecocokan maka mungkin benar kita berjodoh, tapi kalau ternyata di suatu hari kita menemukan orang lain yang lebih cocok maka kita bebas memilih." Ujarnya lagi, matanya tak lagi berbinar.

Tersenyum pelan, "Iya, aku tahu" Lalu berjalan pulang 

5 langkah pertama air mata bisa ditahan, tapi lama kelamaan satu persatu turun. Semakin ditahan semakin menderas. Maka jarak yang tadi nya hanya 20 meter pun dia perpanjang demi menghabiskan sisa air mata, seolah tidak perlu menyisakan setetes pun untuk di rumah.

Sungguh srengenge nyunar hari ini sama sekali tidak bersahabat dengannya. Memandang langit dengan benda bulat cerah seperti memandang si botak dengan mata berbinar. Tangisnya kembali turun.








*karena laki laki dan perempuan itu beda
*tulisan yg habis dibaca 2 menit :D