Senin, 16 Desember 2013

mampir ngombe






Wong urip iku mung mampir ngombe. Falsafah jawa yang artinya hidup itu cuma mampir minum, alias hanya sebentar.Mampir minum kesannya sepele, kesannya seolah hidup nggak berarti. Tapi benar kadang hidup itu terasa sebentar, seolah baru kemarin saya ngusili teman TK saya sampai nangis atau berebut mainan dengan adik hahahaha

Ladalaaaah berhubung cuman sebentar ya minum minuman yang enak, yang menyenangkan. Nggak melulu yang manis kadang ada yang pahit juga. Yang pahit itu yang bagus buat jiwa (sotoooy aaaah) karena kalo nggak pernah merasakan pahitnya hidup kita nggak akan pernah merasakan butuh orang lain, dan nggak akan pernah merasa bersyukur apa yang telah kita dapat. Nggersulo terus ... karepe ini karepe itu nggak pernah merasa cukup.

Saya kadang saat lelah hati dan pikiran akhirnya sambat dan nangis, biasa deh pasang musik menye menye, matiin lampu kamar dan nangis. Eeeh hlaaaa koq abis itu kepikir ini juga bagian dari si mampir minum kan. Kalo minum nya keburu buru pasti tersedak, berarti waktu nya harus mulai memelankan sruputan (hadeeeh bahasa nya campur campur).

Berarti waktunya untuk instropeksi lagi ditegukan yang mana yang saya salah. nggak bisa diulangi tapi bisa untuk selanjutnya diperbaiki. 

Lagi lagi otak kecil saya yang lemot ini kepikir kalo cuman mampir minum yuk minum yang benar benar menghilangkan dahaga. Nikmati setiap tetes nya, setiap teguknya, aroma airnya, lakukan dengan sungguh sungguh. Nikmati hidup yang cuma sebentar ini katanya. Pandangi langit biru, perhatikan tanah tempatmu berpijak, hirup udara disekitarmu, bekerja dengan sungguh sungguh, berteman dengan tulus, mencinta dengan sepenuh hati. 






note : terinspirasi dari soda gembira minuman yg menurut saya merefleksikan keceriaan :D

sedang belajar menikmati setiap detiknya juga

Kamis, 12 Desember 2013

belum ada judul

Saya sama sekali tidak terpikir bahwa peristiwa yang saya alami saat SD dulu bisa terulang kembali. Tiba tiba saya dijemput laki laki berpayung. Bedanya, waktu SD laki laki itu ayah saya, menunggu saya seperti biasa di depan komplek karena takut anaknya kehujanan. Kali ini laki laki yang perawakannya mirip ayah saya hanya saja 20 tahun lebih muda.

"Nggak susah kan nyari nya?" tanya nya sambil tersenyum tangannya mengarahkan payung ke atas kepala saya. Menunggu saya tepat ditempat yang ia janjikan. Saya hanya tersenyum. Kali pertama berjumpa. Ia tepat seperti yang digambarkannya. Hanya saja lewat telephone suara nya terdengar riang, berbeda sekali dengan tampilannya yang cenderung murung.



"Sebentar lagi kita sampai" masih nada ceria dengan raut muka datar.



Saya hampir lupa apa yang membuat saya menyetujui untuk datang ke kota ini. Kota yang asing buat saya, jauh dari kerabat dan sama sekali tidak mengenal seorangpun (kalau bisa disebut kenalan, iya mungkin laki laki ini satu satu nya kenalan saya).

Saya bosan dengan hidup saya, yang melulu seolah hanya sekedar memindahkan raga dari satu tempat ke tempat yang lain. Lalu saya mendengar suaranya dan tertarik. Seolah sedikit demi sedikit saya merasa kembali mempunyai jiwa.

Tawaran dari nya datang tak lama setelah kami sering bicara bukan berjumpa. Saya pikir baik keluar dari zona yang membosankan itu. Lalu di sinilah saya. Di kota yang mendung sepertinya tak pernah usai.



"Ini rumah saya" Katanya sambil membukakan pintu dan mempersilahkan saya masuk.


Duduk berhadapan di ruang tamu nya, kaki saya terasa dingin. Kali pertama mendatangi rumah laki laki. Meski ia bos saya.

"Sebentar lagi akan saya kenalkan pada anggota keluarga saya, saat kita makan siang." Katanya tak memandang sambil terus bergelut dengan kertas kertas kerja.

Saya hanya mengangguk dan tersenyum.

Semua tampak normal. Seorang laki laki paruh baya yang katanya tinggal dengan orang tuanya dan belum berkeluarga benar benar seperti apa yang ia bilang.

Pun ketika ia mengajak berkeliling rumahnya yang besar itu. Tidak nampak keanehan.

"Orang tua saya sedang istirahat" Nanti mereka akan menemui mu saat makan siang. 

Lagi lagi saya mengangguk.

Meja makan telah disiapkan untuk empat orang. Sesosok laki laki berusia lanjut datang dan duduk tak jauh dari saya, menyisakan kursi di ujung meja.

" Kenalkan ini ayah saya" Kata nya pada saya, Laki laki tua itu tersenyum. Saya juga sambil memberi tangan untuk berkenalan. Gumaman tak jelas keluar dari mulut nya.

Ia bangkit lalu membuka kursi yang diujung seolah mempersilahkan seseorang duduk. 

"Dan ini ibu saya tercinta" Kata nya sambil memandangi ruang kosong di kursi.

Saya terkejut tidak tahu harus bereaksi apa. Hanya senyuman kaku yang keluar.

"Ibu yang meminta saya untuk memilihmu bekerja disini, katanya kamu tepat sekali" Wajahnya kali ini benar benar ceria bukan lagi wajah datar seperti tadi.

Tiba tiba saya pusing dan semua gelap.

"Apa yang kamu lakukan? selalu saja membuat para gadis gadis itu ketakutan" samar terdengar gumaman laki laki tua tadi.

"Takut pada ibu? kenapa? ibu kan baik" Katanya seperti anak kecil dan saya benar benar jatuh pingsan ketika wajahnya yang masih ceria itu berada tepat di muka saya