Benang kusut itu baiknya diapain? kalo nggak mau diurai ya dibuang hehehe gampangkan?
Kenyataannya nggak bisa gitu ketika berhubungan dengan kekusutan permasalahan hubungan antara beberapa manusia *bingung guweeh nulisnya.
Saya mau ngurai tanpa melihat siapa yang salah siapa yang benar pun nggak bisa karena saya akan selalu pakai perasaan saya yang sensitip *hasyaaaah, padahal di sini sifat saya hanya penengah. Penengah yang sayang setengah mati dengan korban korban yang akan berjatuhan ketika masalah ini nggak juga kelar.
Selesaikan masalah, bisa nggak potong benang dimana saja lalu diurai? meski jadi utas yang lebih pendek tapi tetap akan jadi utas yang bermanfaat kan?
Tapi saya bingung mau motong dibagian mana. Kenapa sih orang lebih suka membiarkan berlarut larut masalahnya...atau membuat orang lain ikut bingung dan pusing ngadepin masalah mereka. Saya mungkin bukan orang lain buat mereka ya makanya saya nggak pernah bisa diem aja.
Sambil terus memandang perut gendut anak ibu warung, pikiran saya masih ke benang yang kusut itu. Akankah lebih baik bila dibiarkan? akankah lebih baik ketika semua tidak peduli. Saya hanya ingin semua selesai. Apapun hasilnya lalu move on and move up.
Note : maaf ya mas nuduh kamu hamil terus liat perutmu tuh lho inget bener sama ibu hamil
Dear Schatz ich hoffe , dass alle schnell fertig *maaf bu Cut bahasa jerman saya semakin buruk :p
Kadang yang kita anggap belum selesai, bagi orang lain (yang bersinggungan tetang hal itu) sudah selesai.
BalasHapus