"Sudah, jangan diganggu, biarkan dia tidur" Suara perempuan berlogat indo terdengar halus
"Yakin itu cucu buyutmu? beda sekali dengan kau. Perempuan atau laki dia?" Kali ini perempuan lagi suaranya
"Perempuan, jelas beda. Kau ingat bapak si Anggun kan Jawa, suaminya juga Jawa." Sahut si suara indo tadi.
"Tapi cucumu si Menik terakhir kemari wajahnya masih mirip dengan mu, berapa anak Menik?" Kali ini suara laki laki
"Empat orang ini satu satunya perempuan." Lagi lagi si suara perempuan lagi yang tampaknya kenal betul keluargaku
"Sama sekali tidak cantik, kaki nya besar sekali" kata perempuan yang lain
Aku terbangun, masih setengah terbuka mataku saat mendapati ruangan kamar kosong senyap tapi merasa seperti banyak yang mengawasi. Baru kemarin sore aku tiba dirumah ini. Rumah tua peninggalan nenekku. Tanpa perdebatan panjang rumah ini jadi punyaku. Iya, ketiga abangku mengatakan dengan jelas bahwa mereka menolak menempati rumah yang kata mereka lebih mirip rumah hantu itu.
Lama kelamaan seluruh kamar seperti diselimuti kabut, terlihat bentuk bentuk raut wajah. Benar, seorang perempuan berambut coklat dan berkulit putih tampak duduk di kursi malas depan jendela, lalu seorang perempuan Tiong Hoa duduk di kursi depan meja rias dan seorang laki laki yang terlihat perlente dengan jas nya berdiri memandangiku tanpa ekspresi.
"Dia bisa lihat ternyata" Kata si Laki laki
"Iya, kau tau kan semua perempuan di keluargaku itu peka" Kata si Nonik
"Selamat datang cucu buyut" Senyum yang mirip seringai itu muncul dari bibir pucatnya.
Siapa kalian? pikirku sambil terus mengawasi ketiga sosok didepanku itu.
"Aku? aku nenek buyutmu, Panggil aku Oma" Suaranya melunak
"Aku Lan,anak gundik kakek kakek buyutmu dulu dan ini Karyo anak dari gundiknya yang lain"
Oma, meski penampilannya tak lebih tua dari aku sekarang.
"Kami tidak menua.. kau pasti tau itu" Selalu menjawab apa yang aku pikirkan.
"Tugasmu sekarang menjaga rumah ini, sama seperti Anggun nenekmu dulu." Tegas kali ini nadanya.
Rumah macam apa ini, ketika semua pikiranpun bisa terbaca. Untung mereka hanya bertiga
"Masih ada seorang lagi, dia pasti kelayapan entah kemana" Jawab Lan
"Anak kecil itu suka sekali main kerumah orang" Kata Karyo
"Yang terakhir Han, ibunya pribumi juga seperti ibunya Karyo, usianya baru 8 tahun."
Bagus, ternyata yang ibu hadiahkan padaku bukan hanya sebuah rumah tapi juga empat penghuni lainnya.
"Kami bisa mengurus diri kami sendiri. Hanya akan merepotimu sedikit" Lagi lagi seringai nya keluar
Whaaaaaaaaaaaaa
*awal mula dari keseruan keseruan yang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar