Semoga mereka meninggal bukan karena Nenek buyut, tidak mungkin kan seorang Ibu membunuh ketiga anaknya sekaligus.
Malam nya menjelang tidur.
"Da, kamu baik baik saja kan?" tanya Ibu tiba tiba.
"Iya, kenapa bu?" Tanyaku bingung
"Kamu... Ah sudahlah" Katanya lalu menarik selimut. Apa yang mau ditanyakan Ibu ya?
*******
Siang itu lagi lagi Nenek menyuruhku membawakan nampan ke kamar Nenek buyut. Sedapat mungkin biasanya aku menghindar, tapi kali ini tak mungkin lagi. Masih teringat jelas seringainya waktu itu.
"Mau dipanggilkan Ibu untuk menyuapi?" Tanyaku pada Nenek buyut
"Tidak usah, kamu saja" Katanya membuatku lemas.
Ingin cepat cepat selesai menyuapinya tapi makannya lambat sekali.
"Ibu mu bilang padamu rupanya." Katanya sambil terkekeh
"Bilang apa?"
"Bahwa kau darah hitam, lebih hitam dari aku malah" seringainya
"Aku tau sejak pertama kali memandangmu, dari pandangan matamu kau lebih hitam dari ketiga anakku yang mati itu. Bahkan lebih hitam dari Ibu dan nenek ku" Kata katanya menusuk hatiku, aku tak sanggup lagi, aku menangis.
"Jangan menangis, Itu bukan hal yang buruk seperti ibu mu bilang. Ibu mu juga menangis waktu ku bilang kau lah yang paling hitam." Katanya lagi. Pantas ibu aneh sekali malam itu.
"Apa salahnya jadi hitam? itu karunia, kau punya pertahanan diri tidak seperti Ibumu yang dari lahir lemah seperti Ibunya" Mulut tuanya terus berbicara, aku sesenggukan.
"Kupikir akan habis keluargaku, Tak ada lagi darah hitam yang mengalir. Tapi ternyata cucu buyutku lebih hebat dari semua" Suaranya penuh kebanggaan seolah olah aku pahlawan.
Saat itu Ibu menerobos masuk ke kamar
"Jangan ceritakan hal hal bodoh pada Aida, jangan pengaruhi pikirannya!" Teriak Ibu sambil menarikku keluar kamar. Dari sela sela air mataku bisa kulihat lagi senyum nya. Senyum yang aneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar