Kamis, 23 Mei 2013

Kinjeng

http://kandangyuni.blogspot.com/2013/02/enjang.html


Lanjutan...

"Pernah liat kinjeng?" Tanya usil bocah laki laki berambut gundul yang tinggal di samping rumah Eyangku. Aku menggeleng tanda tidak paham apa kinjeng itu.

"Mirip kamu, kelihatan selalu kesasar sendirian" katanya lagi

"Aku nggak pernah kesasar" Kataku pelan

"Tapi buatku kamu tetap mirip kinjeng, kamu seperti kinjeng yang selalu kesasar masuk rumah orang hahaha" Katanya sambil tersenyum.


Percakapan itu terjadi 5 tahun setelah aku pindah ke rumah eyang putri. Sedang menangis sendirian di pematang sawah tak jauh dari desa kami. Ibu ku menikah lagi, lalu pergi dengan laki laki itu. Sejak itu semua teman sepermainanku memanggilku kinjeng.




Ibu tidak lupa menengokku sesekali seperti janji nya. Yang kuketahui kemudian, itu juga saat ia meminta uang pada eyang karena suami baru nya tidak bekerja. Sama seperti suami  ke 3 nya ke 4 nya. Mereka tidak pernah tidak membuat eyangku susah.

Memandang wajah tua yang cemberut leyeh leyeh lelah di atas amben. Matanya menerawang jauh, seperti seolah ia tidak benar benar ada di amben tua berbau kayu lapuk itu. 

"Ndalu, nduk... apapun yang terjadi pada mu, simpan rapat rapat itu. Kita perempuan harus pintar menyimpan rahasia." Kata nya perlahan sebelum akhirnya terbatuk parah. Sudha beberapa tahun ini paru paru nya bermasalah, ia kesusahan tiap kali hendak bicara agak panjang.

Aku terdiam. Teringat dulu sekali dimasa kecilku. Aku terasa digantung dengan dongeng yang diceritakannya sebelum aku tidur. Timun Mas yang tak kunjung usai. Sampai sekarang aku tak pernah tertarik membaca atau mencari tau kelanjutan cerita setelah Timun Mas dikejar kejar Buto karena ingin mendengar langsung dari bibir pendongeng handal yang selalu jatuh tertidur setiap kali dibagian itu, menyisakan rasa penasaranku yang kemudian menahan kantuk ku.

Hanya kali ini bukan dongeng, tapi nasehat. Aku tau ujungnya nanti adalah bagaimana menjadi perempuan sejati tidak seperti ibu ku. Supaya tak menjadi buah bibir orang banyak. 
Supaya ketika aku bertemu bapakku beberapa hari lagi aku bisa menahan diri ku untuk menceritakan apa apa saja yang sudah ibu ku lakukan.

Laki laki tua itu tiba tiba memberi kabar, setelah sekian lama nya ia hilang dari hidupku. Pernah sekali dulu dikabarkan oleh orang orang kampung yang kebetulan bertemu dengannya bahwa ia mencari aku dan ibu ku tapi tak berani menginjakan kaki di rumah eyang. hanya menunggu di ujung desa.

Hanya sepucuk layang yang mengabarkan bahwa ia sakit dan minta untuk dijenguk......






nyambung lagi yaaaa......


Note : kinjeng : capung
buto : raksasa












Tidak ada komentar:

Posting Komentar