Selasa, 29 Mei 2012

Mati di bulan Mei

Januari
Tahun baru...hari baru. Aku masih menangisi kepergiannya, masih tak percaya ia akan menikahi orang lain, masih tak percaya orang yang kucintai sekian lama ternyata lebih memilih orang lain. 

Duniaku seolah runtuh, hari hariku berjalan lambat seolah waktu seakan berhenti hanya untuk membuat ku merasakan luka yang masih segar menganga lebar. Sakitnya mengoyak oyak dan tak mau pergi.

Aku hampir gila, ingin segera mengenyahkan rasa ini, memperbaiki hati ku, melupakan semua lalu melangkah pergi.

Saat ini aku hanya ingin mati, terbenam dikubangan deritaku sendiri. Semua kata semangat dan sabar dari para sahabat mental dari telinga, hati dan pikiranku. Aku hanya ingin mati, meski mati tidak akan membawanya kembali.

Februari
Aku benci bulan penuh cinta ini. Iri dan sakit hati melihat orang berpasang pasangan. Tertohok! Setidak pantas itukah aku sampai tidak bisa dicintai satu satunya orang yang kucintai? seburuk itukah aku? sejelek itukah aku?

Mati aku dalam ketidak pantasanku, mati aku dalam keburukanku, mati aku dalam kejelekanku. Haruskah cinta mengalahkan hidup? Tapi untuk apa hidup tanpa cinta.

Maret
Sebentar lagi Mei. Sakitnya semakin berlarut larut. Benar, cinta hanya membawa derita yang tak berkesudahan. Jika aku korban, kenapa aku yang dikorbankan? kenapa hatiku yang harus tersakiti? kenapa perasaanku yang terluka? Kenapa cinta tidak memihakku? sejuta kenapa yang membuatku semakin menderita, semakin buruk, semakin jelek.

April
Pedihnya sampai kesekujur tubuh ketika orang orang mulai menanyakan kemana orang yang dulu selalu bersamaku. Sakitnya menyeruak, tangisku tak lagi terdengar diluar, air mataku tak lagi mengalir tapi aku selalu menagis dalam hati, tangis disetiap helaan nafasku.

Sebesar itukah cintaku padanya? sedalam itukah perasaanku sampai ketika ia pergi seakan semua kebahagiaanku ikut pergi?

Lukaku tak juga mau sembuh, ia sudah kehabisan darah, hampir membusuk dan bernanah.

Luka...luka...luka...luka....luka...luka....luka.....

Mei
Bulan ini aku akan mati, benarkah aku sudah melepasnya? lalu kenapa sakitnya masih seperti sebelumnya? Bagai kehilangan nyawa aku limbung. Dalam hitungan hari ia akan jadi milik orang lain dan aku mati.

Mati....mati....mati...mati


Juni
Aku masih hidup. Aku memilih untuk melanjutkan hidupku. Kenapa harus begitu menderita untuk seseorang yang tidak memilihku? yang tidak mencintaiku.

Sungguh aku berharap celaka hari itu, enggan hidup untuk melihat kebahagiaan mereka. Tapi hidup terus merayuku untuk bertahan, untuk terus melanjutkan perjalananku. Hidup merayuku bahwa akan ada cinta lain dimasa yang akan datang dan aku percaya.

Apakah cinta yang membuat sesakit itu? ataukah rasa kehilangan, rasa ditolak, rasa tidak dicintai yang membuatnya sakit? Aku tidak tau... Aku hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar