Senin, 31 Oktober 2011

Monochromatic illusion



"Kalo kamu keluar dari kamar ini, jangan harap kamu selamat!!" Ucapnya penuh ancaman, aku tetap melangkah menuju pintu. "Braakkkk!!!" asbak kaca melayang tak kurang 5 cm dari wajahku, tapi pecahannya masih sempat menggores pipi. Aku terdiam tidak lagi melangkah maju.


"Tinggalkan, sudah berulang kali aku bilang padamu TINGGALKAN! cari laki laki yang baik." Perintah seorang sahabat ketika esoknya ia menanyakan ada apa dengan pipiku. Seolah peramal tanpa jawabanku ia sudah tau apa yang terjadi.  Bukan lagi meminta, membujuk ataupun menasehati, kali ini bentuknya perintah. Laki laki yang baik itu yang seperti apa? yang tidak pernah mengasari wanitanya? toh ia tidak pernah sekalipun medaratkan pukulannya di badanku. Dalam hati berharap, semoga kelak ketika kami menikah ia berubah.


"Suruh diam anakmu sebelum dia kuhajar" perintahnya padaku. Bayi 3 bulan dalam dekapanku tidak juga kunjung mau berhenti menangis, dalam diam aku membawanya ke kamar belakang. Berusaha mendiamkannya karna takut ayahnya akan melaksanakan ancamannya. Entah sudah berapa liter darah kami disedoti nyamuk ketika akhirnya suara TV tidak terdengar lagi dari ruang tengah.


Sekarang saat nya pergi atau tidak akan ada kesempatan lagi. Tidak perlu menunggu pagi atau lain hari. Pergi dari mimpi hitam putih untuk tidak kembali.


Cukup sekian dan terimakasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar