Selasa, 24 Juli 2012

Bad Blood - 1 -

Suasana sudah gelap ketika kami akhirnya sampai dikampung ibu. Ibu ku dengan kantuk dimatanya berusaha mengingat ingat letak rumahnya dan memberi arahan pada supir taksi yang kami tumpangi dari bandara tadi pagi. Rumah yang sudah lama ia tinggalkan.


"Sebentar lagi sampai" Katanya sambil menunjuk nyala lampu kecil yang terlihat dikejauhan.    Jauh dari rumah rumah lain di desa yang bergerombol.


Ibu masih menggumamkan tentang bagaimana dulu desanya sangat terbelakang sekarang kemajuan dan perubahan terlihat dimana mana, kecuali mungkin dirumahnya.


Penerangan yang sangat minim membuat rumah yang mulai tampak itu terlihat menyeramkan. Rumah tempat ibu ku lahir.


Ibu tidak pernah menceritakan kenapa dulu ia pergi dari rumah. Sekarang aku takut sekali kalau kakek nenek ku menolak kedatanganku. Mereka belum pernah melihatku sama sekali.


"Tenang saja Kakek , Nenek, Paman Ibu semuanya orang baik" kata Ibu sambil tersenyum seolah membaca pikiranku. Tangannya menggandengku erat saat masuk pelataran rumah.


"Semoga setan tua itu sudah mati" Katanya lagi kali ini dengan ekspresi khawatir.


Rumah itu tinggal beberapa langkah lagi melihat wajah Ibu aku menjadi takut, seperti ada sesuatu di dalam rumah yang mengancam. Aku merapatkan badan ke tubuh Ibu.


Ibuku pergi dari rumah ini begitu ia tamat SMA, bertemu dangan ayahku di kota kabupaten lalu menikah dan pindah ke Jakarta. Tidak sekalipun kami pergi ke desa ini meski kami sering ke desa Ayah di utara. Kabar dari desa ini pun tak pernah kudengar. Kalau Nenek Kakek dari pihak Ayah sering datang berkunjung tidak demikian dengan pihak Ibu. Seolah Ibu terbuang.


Lalu satu persatu orang tua ayah meninggal, puncaknya Ayah meninggal dunia 5 tahun yang lalu, Ibu dilamar seorang teman Ayah baru baru ini. Itulah sebabnya Ibu memutuskan untuk pulang ke desanya demi meminta restu pada orang tuanya.


Wajah wajah tua dihadapanku tampak senang atas kedatangan kami. Meski hangat suasana mencekam masih juga terasa. Keempat orang tua itu ( Ibu, Nenek, Kakek, dan Paman Masri) berkali kali memandang pintu Hitam yang letaknya diseberang ruang tamu. Pandangan mereka tampak takut, suarapun di lirihkan seperti takut membangunkan si empunya kamar.


Kamar siapa sih sebenarnya itu? Kamar orang yang ibu sebut sebut "Setan Tua"? Siapa dia? Dari luar terdengar dengkur keras. Besok pagi aku pasti akan tau siapa penghuni kamar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar