Rabu, 25 Juli 2012

Bad Blood - 8 -


Hampir lewat tengah malam ketika Nenek Rubiah datang. Belum pernah ia menentang keluarganya seperti kali ini katanya. Memang terlihat sekali betapa lugu dan polosnya Nenek Rubiah. Ia kami tinggal kan berdua saja dengan Nenek buyut dikamar. Lama juga mereka bicara hampir satu jam an lebih.

Lalu kami dipanggil semua kedalam kamar.

“Aku minta ma’af” Itu kalimat terakhir nenek buyut.

Ia, akhirnya meninggal. Semua orang menangisinya. Lihat Nek, bahkan dengan tabiat burukmu pun keluargamu pun masih menangisi kepergianmu, bisikku perlahan ditelinganya.



Tiga hari setelah memakamkannya, aku dan Ibu memutuskan pulang.  Untuk terakhir kali nya Kakek memintaku menemaninya ke ladang.

“Tinggalkan darah hitammu disini Da” Katanya tiba tiba

“Kakek  sudah lama tahu, sejak pertama kali kau menginjakkan kaki kerumah ini. Tapi kamu anak yang baik. Maka Kakek minta, tinggalkan darah hitam mu disini” Pinta nya lagi. Apa kakek akan membunuhku?

“Sebelum kamu tahu tentang darah hitam, pernahkah kamu merasa diri sebagai orang yang jahat?” tanyanya padaku menatap lurus lurus.

“Tapi aku sering menyakiti orang lain Kek”

“Kamu senang menyakiti orang lain?”

“Kalau orang itu membuatku marah atau sakit hati, iya”

“Tapi tidak pada orang orang yang tidak ada salah padamu kan?”

“Tidak kek”

“Da, kakek tau sulit bagimu untuk mengendalikan pikiranmu. Kakek juga tau kalau kau sulit memaafkan. Demi kebaikanmu sendiri cobalah untuk banyak bersabar. Kau tidak ingin nantinya seperti Nenek buyutmu kan?”

“Selalu kau ingat ingat Da, Alloh tau semua apa yang kau lakukan pasti akan mendapat ganjarannya.”

“Tapi Kek, itukan bukan inginku. Aku sulit menahan diri”

“Kakek tau Da, makanya Kakek minta kau menahan diri nak”

“Kenapa aku harus terlahir jahat kek?”

“Aida, kau ingat kan manusia lain juga punya sifat jahat. Punya pikiran jahat. Ini Cuma bagaimana kamu mengendalikan dirimu Da”

“Darah hitam, anggaplah hanya sebagai cerita saja Da. Ini supaya kamu lebih ringan melangkah.Tapi kau harus tetap bersabar, menahan diri, mema’afkan orang lain”

“Jangan kau pendam sendiri kalau ada masalah, bicarakanlah. Kakek yakin kau pasti bisa Aida. Jalanmu masih panjang” Katanya sambil tersenyum

Dalam hati aku ragu ragu, aku serba tidak sempurna. Mampukah aku menahan amarahku kelak.

“Pasti bisa Aida” Kata Kakek menyemangatiku



Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Ibu bilang padaku

“Kelak jika ada yang menyusahkan hatimu, bilang pada Ibu. Ibu akan membantu. Ibu tahu kau anak yang baik. Ingat Aida, kalau kita selalu berbuat baik maka kebaikan pula yang akan datang pada kita” Katanya sambil memandangku penuh sayang. Aku mengangguk, tak ingin membuat Ibu yang ku sayangi cemas.

Keyakinan diriku bertambah, aku yakin aku akan jadi baik. Darah hitam tinggal cerita. Biarlah itu berhenti pada Nenek buyut saja. Aku sudah memutuskan siang itu dengan Kakek, berhenti sudah darah hitam ini mengalir.



Note : Abeeeeeeeeees...gantung yaaaak? Intinya sih Aida nya baik baik aja inget guys... orang baik akan dapet jalan yang baik juga...kalaupun diawal banyak kerikil tapi nanti ditujuan pasti hasilnya juga baik :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar