Rabu, 25 Juli 2012

Bad Blood - 6 -


“Jangan percaya apapun yang Nenek buyut bilang! Itu hanya isapan jempol Da! KAMU SAMA SEKALI TIDAK BERDARAH HITAM!” Ibu dengan nada marah menegaskan padaku.

“Bagaimana kalau benar Bu? Kalau aku lebih Hitam dari semua?” Rengekku sambil terus menangis

“Apa Ibu akan membenciku?”

“Tidak, Ibu tidak akan pernah bisa membencimu Da. Kamu tidak akan pernah menjadi seperti yang Nenek buyut bilang, Kamu anak yang baik. Percaya Ibu” Matanya bersungguh sungguh tangannya mencengkeram kedua pundakku.

Tapi Ibu tidak tahu kan kalau aku sudah hitam sejak kecil, hampir aku bilang begitu pada Ibu. Aku tidak pernah iri atau dengki, aku hanya akan marah jika diganggu. Pikiran jahatku timbul hanya saat aku diganggu.

“Besok kita pulang” Kata Ibu tiba tiba sambil mengeluarkan pakaian kami dari lemari.

“Ada apa ini Dahlia?” Kata Kakek yang tiba tiba masuk ke kamar. Kebingungan.

“Nenek buyut nya Aida meracau, dia bilang macam macam tentang Aida. Anak ini ketakutan Ayah. Besok kami akan kembali ke kota” Terang Ibu sambil terus mengeluarkan baju baju kami tanpa memperhatikan Kakek.

“Aidaaaa!!!!!” Teriak suara parau dari kamar depan.

“Jangan pergi! Kamu hanya akan dibuatnya menangis lagi” Ibu memelototiku.

Aku terdiam, patuh.

“Sembunyikan Aida! Sembunyikan Hitam mu, jangan biarkan orang lain selain keluarga kita tahu. Mereka akan membunuhmu seperti mereka membunuh ketiga anakku!!!” Masih berteriak teriak, perempuan serenta itu tapi suaranya keras sekali.

Lalu senyap, saat itu Kakek terburu buru keluar kamar menuju kamar Ibunya. Aku mengikuti dari belakang.

“Hamdan, sudah bisa mati dengan tenang aku sekarang. Sudah ada penggantiku disini” Pandangannya melembut pada anak lelakinya.

Kakek memegang tangan Nenek buyut, membisikinya sesuatu. Nenek buyut diam, matanya masih terbuka tarikan nafasnya masih teratur, lama lama semakin jarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar