Sabtu, 14 April 2012

Ketika Musim Kawin Tiba

Aku suka sekali tiap kali wangi melati menguar diudara, tiap kali kata ijab terucap, tiap kali gending kebogiro berkumandang, tiap kali memandang wajah wajah lelah tapi penuh bahagia. Ya, aku selalu suka pernikahan. Seolah semua energi kebahagiaan orang orang tumpah tumpah hari itu. 

Tapi kali ini berbeda, yang kuterima adalah undangan darinya. Dari laki laki yang pernah ada dimasa lalu, yang pergi dengan meninggalkan luka dihati. Yang perihnya masih terasa sampai hari ini.

Pagi itu dalam becak setelah berjam jam sebelumnya berdandan, berusaha tampil cantik hanya untuk menunjukan bahwa setelah ditinggalnya aku semakin hebat. Berkelebat seribu rencana.Rencana jahat karena aku merasa terlalu sakit, terlalu marah sebab merasa kalah dan terkhianati.

Lihat wajah gugupnya saat memegang tangan orang yang akan menikahkannya, ia akan segera mengucapkan akad. Rasanya ingin memakinya, memukul kepalanya keras keras dengan sandal jinjitku, merobek senyuman dari wajah cantik yang duduk manis disampingnya.

Hening.... "Saya terima nikah dan kawinnya......

Saat kalimat akad terucap, ada sesutu menyusup dihatiku. Sesuatu yang lembut dan haru. Air mata ku menitik perlahan, daripada melakukan hal hal yang jahat yang tadi aku pikirkan aku malah menyalaminya dan ikut mendo'akan. Tulus tidaknya do'aku biarlah Tuhan yang menilai.


*nderek mangayubagyo







Tidak ada komentar:

Posting Komentar